Bahasa

Senin, 29 Februari 2016

LENTERA FAJAR



Akhir-akhir ini sering kita temui dalam dunia nyata maupun yang bersifat media entah yang tulis/internet, diantaranya isu-isu terkait kebijakan pemerintah, bencana alam yang melanda di dalam/luar negri, pendapat sosok dari PBNU terkait perselisihan faham, majelis sholawatan, islam garis keras, maraknya sistem kilat untuk hafal Al Qur’an, dlsb. Ada bahasa yang sangat menarik untuk kita renungkan.

·         Apa yang mendorong orang mengerjakan sesuatu?

·       Apakah orang menyadari semua yang dikerjakan/apakah tingkah lakunya merupakan hasil dari motif yang tersembunyi dan tidak disadari?

·     Apakah orang dapat bebas memilih bentuk kepribadianya sendiri/apakah kehidupanya ditentukan oleh kekuatan yang tidak dapat dikontrolnya?

·       Apakah tingkah laku dipengaruhi masa lalu/kejadian yang baru saja terjadi/cita-cita dan harapan masa yang akan datang?

Pertanyaan-pertanyaan di atas telah ribuan tahun menjadi wacana para pakar-pakar filusuf, analisa di atas berkembang karena didasari oleh politik, agama, social dan ekonomi.

pada zaman seperti ini sangatlah pantas untuk dikonsumsi dari kehausan ruhani kita, jika kita cermati dari Ulama’ besar di zamanya yaitu Syeikh Az Zarnuji yang buah karyanya masih dibuat bahan ajar di sekolah umumnya dan di pondok pesantren khususnya, padahal dikira-kirakan usiany sudah 845 tahun yang lalu 


افضل العلم علم الحال وافضل العمل حفظ الحال
Artinya :
utama-utamanya ‘ilmu untuk mengetahui perilaku dan utama-utamanya amal menjaga perilaku. Sangatlah utama ketika kita selami lebih dalam lagi dari buah karya Syeikh Az-Zarnuji :

1.         علم الحال yaitu nginaweruh/mengetahui dengan ilmu untuk keseharian, kita ambil misal seseorang melakukan wudlu itu menjadi syarat mutlak ketika kita akan melakukan sholat tapi bukan wajib padahal kenapa ada orang sebelum tidur kok juga ada yang berwudlu? bukan perkara yang salah, malah itu ada nilai tersendiri dihadapan Tuhan tapi itu bisa terwujud ketika kita tau daripada ilmunya terkait wudlu tadi.

2.      حفظ الحال yaitu ngrekso/menjaga daripada perbuatan yang akan dilakukan, contoh ketika orang dalam perjalanan diperbolehkan untuk mengumpulkan waktu dan jumlah dari shalat untuk dikumpulkan dan dikurangi dari empat roka’at menjadi dua roka’at, yang mana itu dibuktikan sholat yang dihukumi wajib dan kita tidak meninggalkan meski dalam keadaan sempit yaitu dalam perjalanan yang sangat jauh.
Paling tidak untuk pegangan pribadi dan keluarga di zaman yang seperti ini, ditarik kesimpulan dari dawuhnya Syeikh Az Zarnuji pondasi adalah central dari segalanya dan dari segala perkara dibutuhkan ilmu dengan ilmu kita mengerti (nginaweruh) lebih ditingkatkan/puncaknya untuk menjaga (ngrekso) apa yang akan kita perbuat. Selaras pula dengan dawuhnya Syeikh Burhanuddin

فساد كبير عالم متهتِّك ۝ واكبر منه جاهلٌ متنسّكُ

Artinya :
Kerusakan besar, orang berilmu tidak mengamalkan ilmunya dan kerusakan yang lebih besar lagi orang tidak pandai beribadah tanpa ilmunya. 

Ketika kita rasa
Betapa banyak kejelekan kami yang telah ditutupiNya, betapa banyak malapetaka dan rintangan kami yang telah diatasiNya, betapa banyak pujian baik yang tak layak bagi kami disebarkanNya, ya ghofur ya syakur.
Berlebihan sudah keburukan keadaan kita, rendah benar amalan kita, angan-angan yang panjang telah menahan manfa’at dari diri kita.
Ya Fattah ya ‘alim, kami memohon dengan seluruh kekuasaanmu, kebiasaan kami yang melanggar batas, kebodohan kami yang karena banyaknya nafsu dan kelalaian. Ya ilahi, sayangi kami dalam dalam segala keadaan, kasihi kami dalam segala perkara, pengetahuan yang telah dan akan kami peroleh, mudah-mudahan selalu engkau ridloi.

Tidak ada komentar: