Barokatul Quran Merapatkan Barisan

MASJID BAROKATUL QUR’AN

            Dalam sebuah daerah dimana disitu terdapat sebuah Masjid, maka daerah tersebut punya keagungan tersendiri dibanding daerah yang berkondisi sebaliknya. Dari akar bahasa Arab Masjid mempunyai makna tempat bersujud, dengan memahami dari konteks ini timbul banyak wacana dari penulis.

1.Tempat sujud terbentuk untuk dipersembahkan tidak lain hanya kepada Allah Ta’ala(beribadah) pastinya tempat sujud/Masjid tidak mungkin muncul dengan sendirinya ibarat tempurungnya hewan bekicot (dalam bhs jawa), sungguh ironi jika pengorbanan yang disertai korban fikiran, mental/hati dan matreil dilupakan bayangan yang lalu saja.

2. Tidak mungkin ada garasi tanpa adanya mobil, memuliakan apa yang dicintai termasuk kita mulyakan diri pribadi. Tempat yang dimuliakn tidak ada lagi selain Baitullah(arab) Masjid(asing) tapi ada apa dibalik fakta yang ada sekarang ini yaitu semarak dan berduyun-duyun orang berangkat ke Masjid dalam satu tahun dua di Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

3. Diperhatikan semua Masjid tidak ada yang bersifat milik pribadi tapi pribadi kitalah yang menjadikan pemilikan Tuhan kepada kita sebagai hambanya. Praktek dilapangan memang menjadi terpenting tapi juga ada yang dijadikan sebagai pengantar agar hal tersebut menjadi terpenting yaitu dalam hal Pengaturan/Managemen.

Memulyakan Masjid dan dimulyakan Masjid.

ROJAB DAN KHOTMIL QUR’AN

            Menghargai dan mengetahui sejarah menjadi bekal cara bersikap dan menyikapi, terlahir sosok bijak di Kecamatan Singosari di Dusun Kebonagung dan terlahir pula sosok piawai di Kecamatan Sumberpucung di Desa Sumberpucung dimana keduanya menjalin mahligai dan hidup di Dusun Pakel mulanya berteduh dirumah dengan ukuran 2m x 3m dengan kehidupan yang serba kekurangan dan dengan kehidupan serba kekurangan itulah banyak menuai berlian-berlian dari tempat tersebut seperti yang rasa pada pertmuan ini.

Menjadi barang pasti, suksesnya sosok manusia luar biasa dibalik kesuksesan pasti ada sosok wanita mulia dibelakangnya. Ingin dan menjadi harapan yang besar yang mana agar gebyar/agenda tahunan Pondok Pesantren Barokatul Qur’an menjadi terlaksana dengan apa yang akan kita rancang nantinya maka jauh-jauh ini ingin kita merapatkan barisan kita kembali untuk mempertahankan nilai-nilai keluhuran dan menerima dengan menyaring nilai-nilai luhur yang baru.

            Agenda tambahan diantarnya, penampilan dari Jama’ah Majlis Ta’lim dan kreasi Posdaya Masjid Barokatul Qur’an dengan harapan nantinya dari sesepuh-sesepuh kita bisa mempunyai ketambahan karena pada akhir-akhir banyak sekali para tunas-tunas kita menjadi tumpuhan harapan Agama Bangsa dan Negara tapi itu semua terkikis dengan nilai-nilai keluhuran budi pekerti.

Masjid untuk Pondok Pesantren, Pondok Pesantren untuk Masjid itulah yang menjadi pemanas semangat kami dan Tema pertemuan.

GERAKAN MENGHAFAL AL QUR’AN

            Gerakan dalam ruang lingkup tanpa ada penyekat, tanpa ada pembatas dan menjadi gerak dengan bebas bak merpati putih berterbanagan tanpa ada sekat, tanpa hitungan jarak dan bergerak mengarungi alam. Penulis berharap dan berharap unuk selalu berubah dan membuat perubahan demi konsep yang mempunyai arti lebih.

            Terletak di Dusun yang subur buminya, polusi udara yang belum terkontaminasi, disertai pemandangan agung dibawah kaki Gunung Kawi, tidak lain di Dusun Pakel di Kecamatan Sumberpucun tercinta. Tidak ada harapan ide dan cita-cita berarti kita hidup tapi dalam kematian, ingin kami mendekat dan menyentuh sebelum ada yang mendekati dan menyentuhnya dari itu kami berharap dukungan dan bantuan demi terlaksananya progam yang menurut kemampuan kami tidak mungkin tercapai tanpa adanya kebersamaan.

            Telah kita tahu, ada sebuah kata bijak “ada keinginan ada jalan menyertai” obyek utama sebetulnya pemuda-pemudi tapi sebagai bahan untuk menjadi umpan, agar timbul dengan rasa kejernihan jiwa mereka kami merangkul juga untuk Bapak Ibu sekalian karena kami rasa ini moment yang sangat serasi. (Malang 14-02-2014)