Akhir-akhir
ini sering kita temui dalam dunia nyata maupun yang bersifat media entah yang
tulis/internet, diantaranya isu-isu terkait kebijakan pemerintah, bencana alam
yang melanda di dalam/luar negri, pendapat sosok dari PBNU terkait perselisihan faham, majelis sholawatan, islam garis keras, maraknya sistem
kilat untuk hafal Al Qur’an, dlsb. Ada bahasa yang sangat menarik untuk kita renungkan.
· Apa yang
mendorong orang mengerjakan sesuatu?
· Apakah orang
menyadari semua yang dikerjakan/apakah tingkah lakunya merupakan hasil dari
motif yang tersembunyi dan tidak disadari?
· Apakah orang
dapat bebas memilih bentuk kepribadianya sendiri/apakah kehidupanya ditentukan
oleh kekuatan yang tidak dapat dikontrolnya?
· Apakah tingkah
laku dipengaruhi masa lalu/kejadian yang baru saja terjadi/cita-cita dan
harapan masa yang akan datang?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas telah ribuan tahun menjadi wacana para pakar-pakar filusuf, analisa di
atas berkembang karena didasari oleh politik, agama, social dan ekonomi.
pada zaman
seperti ini sangatlah pantas untuk dikonsumsi dari kehausan ruhani kita, jika
kita cermati dari Ulama’ besar di zamanya yaitu Syeikh Az Zarnuji yang buah
karyanya masih dibuat bahan ajar di sekolah umumnya dan di pondok pesantren
khususnya, padahal dikira-kirakan usiany sudah 845 tahun yang lalu
افضل العلم علم الحال وافضل العمل حفظ
الحال
Artinya :
utama-utamanya
‘ilmu untuk mengetahui perilaku dan utama-utamanya amal menjaga perilaku.
Sangatlah utama ketika kita selami lebih dalam lagi dari buah karya Syeikh Az-Zarnuji
:
1.
علم الحال yaitu nginaweruh/mengetahui dengan ilmu untuk
keseharian, kita ambil misal seseorang melakukan wudlu itu menjadi syarat
mutlak ketika kita akan melakukan sholat tapi bukan wajib padahal kenapa ada
orang sebelum tidur kok juga ada yang berwudlu? bukan perkara yang salah, malah
itu ada nilai tersendiri dihadapan Tuhan tapi itu bisa terwujud ketika kita tau
daripada ilmunya terkait wudlu tadi.
2.
حفظ
الحال yaitu ngrekso/menjaga daripada perbuatan yang akan dilakukan,
contoh ketika orang dalam perjalanan diperbolehkan untuk mengumpulkan waktu dan
jumlah dari shalat untuk dikumpulkan dan dikurangi dari empat roka’at menjadi
dua roka’at, yang mana itu dibuktikan sholat yang dihukumi wajib dan kita tidak
meninggalkan meski dalam keadaan sempit yaitu dalam perjalanan yang sangat
jauh.
Paling tidak
untuk pegangan pribadi dan keluarga di zaman yang seperti ini, ditarik
kesimpulan dari dawuhnya Syeikh Az Zarnuji pondasi adalah central dari
segalanya dan dari segala perkara dibutuhkan ilmu dengan ilmu kita mengerti
(nginaweruh) lebih ditingkatkan/puncaknya untuk menjaga (ngrekso) apa yang akan
kita perbuat. Selaras pula dengan dawuhnya Syeikh Burhanuddin
فساد كبير عالم
متهتِّك واكبر منه جاهلٌ متنسّكُ
Artinya :
Kerusakan besar, orang berilmu tidak mengamalkan ilmunya dan
kerusakan yang lebih besar lagi orang tidak pandai beribadah tanpa ilmunya.
Ketika kita rasa
Betapa banyak kejelekan kami yang telah ditutupiNya, betapa banyak
malapetaka dan rintangan kami yang telah diatasiNya, betapa banyak pujian baik
yang tak layak bagi kami disebarkanNya, ya ghofur ya syakur.
Berlebihan sudah keburukan keadaan kita, rendah benar amalan kita,
angan-angan yang panjang telah menahan manfa’at dari diri kita.
Ya Fattah ya
‘alim, kami memohon dengan seluruh kekuasaanmu, kebiasaan kami yang melanggar
batas, kebodohan kami yang karena banyaknya nafsu dan kelalaian. Ya ilahi,
sayangi kami dalam dalam segala keadaan, kasihi kami dalam segala perkara,
pengetahuan yang telah dan akan kami peroleh, mudah-mudahan selalu engkau
ridloi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar